Jakarta, CNBC Indonesia – Kepolisian Thailand mulai menguak motif kematian enam orang warga negara asing (WNA) di Hotel Grand Hyatt Bangkok Erawan, Selasa (16/7/2024). Terungkap bahwa salah satu korban tewas merupakan dalang dari aksi pembunuhan ini.
Departemen Kedokteran Forensik di Universitas Chulalongkorn, Profesor Kornkiat Vongpaisarnsin, mengungkap bahwa para korban meninggal dunia setelah meminum teh yang dicampur sianida. Ini sesuai dengan temuan polisi yang menyelidiki gelas teh yang diminum oleh para korban.
“Bibir dan kuku para korban berubah warna menjadi ungu tua yang menandakan kekurangan oksigen, sementara organ di dalamnya berubah menjadi merah darah yang merupakan tanda lain keracunan sianida,” katanya kepada berita BBC.
Dokter Chanchai Sittipunt, dekan Fakultas Kedokteran Chulalongkorn, mengatakan mereka masih perlu mengetahui berapa banyak sianida dalam darah yang akhirnya menyebabkan keenam orang itu meninggal.
“Tetapi dari apa yang kami deteksi dari observasi, dari pemeriksaan organ dalam, dari ditemukannya sianida dalam darah saat tes skrining, tidak ada penyebab lain yang menjadi faktor penyebab kematian mereka, kecuali sianida,” ujarnya.
Penyelidik forensik sebelumnya menemukan jejak sianida pada cangkir teh yang digunakan oleh para korban. Dari identitas, semuanya berasal dari Vietnam, dan dua orang memiliki kewarganegaraan ganda dengan Amerika Serikat (AS).
Polisi menduga salah satu korban tewas adalah dalang dibalik keracunan tersebut dan didorong oleh utang. Namun belum jelas siapa dari keenam orang tersebut yang menjadi pelaku.
Dalam laporan VNExpress, polisi Thailand menduga bahwa pelaku diduga melakukan aksi brutal ini karena dana investasi yang pengembaliannya tidak sesuai dengan perjanjian.
“Sepasang suami istri di antara korban terbunuh telah mengeluarkan sekitar 10 juta bath (Rp 4,4 miliar) dengan dua orang lainnya, dan itu mungkin menjadi motifnya,” kata wakil kepala polisi Bangkok, Noppasin Punsawat.
“Investasi tersebut dimaksudkan untuk membangun rumah sakit di Jepang dan kelompok tersebut mungkin telah bertemu untuk menyelesaikan masalah tersebut.”
Nopassin menambahkan bahwa sebenarnya ada orang ketujuh yang pernah bergabung dengan keseluruhan korban di hotel itu sebelumnya. Namun ia telah meninggalkan Thailand pada 10 Juli.
“Kami yakin orang ketujuh tidak terlibat dalam kematian tersebut,” tambahnya.
Pemerintah Vietnam mengatakan kedutaan besarnya di Bangkok berkoordinasi erat dengan pihak yang berwenang di Thailand mengenai kasus ini, sementara Departemen Luar Negeri AS mengatakan menemukan situasi dan pemerintah setempat bertanggung jawab atas penyelidikan tersebut.
Berita mengenai kematian tersebut, yang awalnya diberitakan oleh beberapa media Thailand sebagai penembakan, bisa menjadi referensi bagi Thailand karena negara tersebut sangat bergantung pada sektor pariwisata yang penting untuk menghidupkan kembali perekonomian yang telah terpuruk sejak pandemi ini.
Thailand memperkirakan kedatangan 35 juta wisatawan asing pada tahun ini, naik dari 28 juta wisatawan asing pada tahun lalu yang menghabiskan 1,2 triliun baht.
Perdana Menteri Srettha Thavisin pada hari Selasa mendesak penyelidikan cepat terhadap masalah ini untuk membatasi dampaknya terhadap sektor perjalanan Thailand.
Artikel Selanjutnya
Duh! Perekonomian Negara Tetangga RI Buruk, Ada Apa?
(luc)