Jakarta (ANTARA) – Akamai Technologies memprediksi adanya peningkatan untuk ragam perusahaan yang akan berinvestasi pada teknologi pemrosesan awan (awan) dan keamanan siber di tahun 2023.
Menurut laporan dari Akamai dan Gartner, Selasa, belanja untuk layanan awan di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 590 miliar dolar AS pada tahun 2023 atau naik 20,7 persen dibandingkan tahun 2022.
Namun, investasi untuk awan bisa menurun jika anggaran TI secara keseluruhan menyusut mengingat awan selalu porsi memegang terbesar dari pengeluaran TI dan angkanya proporsional dengan pertumbuhan anggaran.
Gartner juga memprediksi bahwa belanja untuk produk serta layanan keamanan informasi dan manajemen risiko akan meningkat sebesar 11,3 persen, mencapai lebih dari 188,3 miliar dolar AS pada tahun 2023.
Hal ini didorong oleh meningkatnya penerapan model kerja terpencil dan hibridatransisi dari VPN ke akses jaringan dengan keamanan kepercayaan nol dan pergeseran ke model penyediaan layanan berbasis awan.
Wakil Presiden Eksekutif dan Chief Technology Officer Akamai, Dr. Robert Blumofe, mengamati sejumlah masalah utama di bidang awan dan keamanan siber secara global, serta Asia Pasifik dan Jepang (APJ).
Dr. Blumofe mengatakan, pergerakan ekonomi 2023 akan mendorong inovasi.
“Kondisi ekonomi makro saat ini akan mendorong banyak perusahaan untuk berpikir kreatif dalam hal biaya dan model bisnis, serta mendorong perubahan besar baik dalam pengeluaran maupun inovasi di tahun depan,” katanya.
Terkait biaya, banyak perusahaan akan mengevaluasi pengeluaran mereka untuk layanan awan dan mencari cara untuk mengurangi biaya. Ketidakpastian ekonomi juga akan mendorong eksperimentasi model bisnis guna meningkatkan pendapatan.
Lebih lanjut, dia menilai dampak nyata dari serangan siber akan semakin signifikan.
“Solusi untuk masalah ini akan kompleks dan beragam, sehingga membutuhkan kerjasama sektor publik dan swasta, investasi yang besar untuk mengamankan rantai pasok perangkat lunakdan menerapkan prinsip hak istimewa terkecil (memberi akses kepada pengguna seperlunya saja) sebagai filosofi keamanan inti di semua industri,” ujar Dr. Blumofe.
Selanjutnya, dalam jangka pendek, metaverse akan lebih seperti permainan yang sangat interaktif. Kemajuan besar dalam pemrosesan dan teknologi bisa kita kenakan (dpt dipakai) harus terwujud terlebih dahulu sebelum metaverse sesungguhnya bisa dibangun.
Terakhir, fokus yang lebih besar untuk mengurangi dampak lingkungan dari operasional internet.
“Tekanan untuk menggunakan energi yang lebih bersih akan meluas ke perusahaan-perusahaan teknologi di tahun depan,” kata Dr. Blumofe.
“Semua organisasi/perusahaan akan berupaya meningkatkan efisiensi operasional internet, yang saat ini meningkatkan konsumsi energi dan biaya dari aktivitas penyimpanan, pemrosesan, dan transfer data,” tambahnya.
Baca juga: Teknologi “cloud” membantu UMKM melakukan transformasi digital
Baca juga: TelkomSigma jalin kerja sama terkait akselerasi berbasis cloud digital
Baca juga: Rayakan tiga tahun, Hangry mengungkapkan rencana tahun depan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
HAK CIPTA © ANTARA 2023