Saturday, July 27, 2024
HomeTop NewsProdusen EV di China khawatir karena kebijakan subsidi akan berakhir

Produsen EV di China khawatir karena kebijakan subsidi akan berakhir



Produsen EV di China khawatir karena kebijakan subsidi akan berakhir

Jakarta (ANTARA) – Produsen kendaraan listrik (EV) China diperkirakan akan berada di bawah tekanan seiring dengan pencabutan subsidi oleh pemerintah setempat dan kondisi pemicuan pasca COVID-19, mengutip laporan Nikkei Asia, Senin.

Baca juga: China kritik ketentuan subsidi EV Amerika Serikat

Selain itu, krisis semikonduktor untuk EV yang terjadi secara global juga menjadi kekhawatiran lain yang disinggung oleh para pelaku industri. Hal tersebut berkat mereka saat di pameran otomotif Auto Guangzhou 2022, yang dibuka pada Jumat (30/12) di kota China selatan.

Sebagai informasi, pasar kendaraan listrik China mencapai rekor penjualan 6,5 juta unit pada 2022 yang didukung oleh kebijakan dan subsidi pemerintah setempat selama beberapa tahun terakhir. Menurut proyeksi Asosiasi Mobil Penumpang China, angka itu menunjukkan peningkatan pendapatan hampir dua kali lipat dari 3,52 juta unit pada 2021.

Total penjualan kendaraan hanya tumbuh 3,3 persen per tahun menjadi 24,3 juta unit dalam sebelas bulan pertama tahun 2022. Perkiraan pertumbuhan asosiasi akan terjadi sebesar 3 persen untuk seluruh pasar pada tahun 2023 dan pertumbuhan 31 persen untuk EV.

“Industri ini menghadapi risiko yang tidak sedikit. Misalnya, pasokan chip. Kami belum menangkap gambaran lengkapnya, yaitu menyelesaikan masalah mendasar,” kata Feng Xingya yang merupakan seorang manajer umum di GAC Motor.

China, sebagai pasar EV terbesar di dunia, terpukul keras oleh gangguan suplai chip yang dipicu oleh karantina COVID-19 sejak 2020 di samping ketegangan geopolitik dengan AS. Hal itu mendorong produsen mobil untuk memperlambat produksi dan menyesuaikan target penjualan.

GAC Motor sendiri pada Jumat (31/12) memproyeksikan pertumbuhan penjualan 10 persen untuk tahun 2023, turun dari perkiraan 12 persen untuk tahun ini.

“Kebijakan seputar EV, seperti pencabutan subsidi, adalah salah satu penawaran lain yang dihadapi industri kami,” kata Feng.

Sementara CEO Nio, William Li, belum lama ini mengatakan perusahaannya dapat menghadapi tekanan kuat pada paruh pertama tahun 2023 karena permintaan yang lebih lemah setelah pencabutan subsidi.

Saat ini, pembeli EV di China dapat menikmati diskon antara 4.800 yuan dan 12.600 yuan. Namun subsidi tersebut, yang telah dihapus secara bertahap sejak tahun 2020, akan berakhir tahun ini.

Meskipun demikian, pendiri konsultan Sino Auto Insights di Beijing, Tu Le, melihat bahwa pemerintah China mungkin akan memperpanjang insentif EV. Hal tersebut mengingat China masih menghadapi kondisi ketegangan akibat pandemi dan tekanan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Perusahaan EV Evergrande China memotong gaji dan PHK karyawan

Baca juga: BYD Dolphin EV dijual cuma Rp261 juta di China

Baca juga: Geely luncurkan Panda Mini EV dengan jangkauan 150 km di China

Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Hak Cipta © ANTARA 2023



Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments