Saturday, July 27, 2024
HomeGaya HidupKapan skrining deteksi anemia dapat dilakukan?

Kapan skrining deteksi anemia dapat dilakukan?



Kapan skrining deteksi anemia dapat dilakukan?

Jakarta (ANTARA) – Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Dias Septalia Ismaniar, Sp.PD mengutip pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan skrining untuk mendeteksi anemia defiensi besi dapat dimulai sejak seseorang berusia sembilan tahun hingga 12 bulan.

“Kemudian enam bulan setelahnya dan setiap tahun dari usia dua tahun sampai lima tahun yang berisiko tinggi terjadinya anemia defisiensi besi,”
ujar dia yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah itu melalui pesan elektroniknya kepada ANTARA beberapa waktu lalu.

Dias mengatakan, pada orang dewasa, skrining dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap, terutama ketika seseorang dinyatakan hamil. Saat hamil, dia harus mulai rutin memeriksakan darahnya karena anemia pada ibu hamil cukup sering ditemukan.

Skrining berikutnya yakni ketika seseorang mulai sering merasakan sensasi seperti mudah lelah, mudah ngos-ngosan, pusing, pandangan sering berkunang-kunang, wajah terlihat lebih pucat, mata menguning, sering berdebar, mengalami sesak napas dan nyeri dada.

Selain itu, mereka yang terdiagnosa penyakit tertentu misal penyakit ginjal kronis, penyakit liver kronis, adanya perdarahan aktif misalnya karena wasir terutama yang sering mengalami buang air besar berdarah, haid lama dan berkepanjangan dengan volume darah yang sangat banyak.

Skrining juga sebaiknya dilakukan mereka yang malnutrisi, sulit makan, infeksi kronis misalnya TBC dan autoimun, mereka yang mengonsumsi obat-obatan jangka panjang seperti salah satu obat HIV, rhematoid arthritis, pasien kanker dalam kemoterapi.

Dias mengingatkan, anemia dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh terutama bila dibiarkan dalam jangka waktu lama. Komplikasi yang dapat terjadi misalnya penyakit jantung anemik, risiko infeksi, komplikasi kehamilan, kelelahan yang ekstrem dan lain-lain.

Untuk mencegahnya, maka tubuh perlu mendapat asupan zat besi yang cukup. Menurut Dias, pemenuhan zat besi harian sebenarnya dapat tercukupi dari makanan sehari-hari seperti misalnya daging merah, hati, ayam, ikan-ikan laut dalam seperti salmon, tuna, kemudian kerang, telur, kacang-kacangan, bayam, brokoli, biji-bijian dan lain-lain.

“Pastikan asupan gizi Anda seimbang. Jangan sembarangan mengonsumsi tablet penambah darah tanpa pengecekan darah terlebih dahulu. Jadi, pastikan Anda benar-benar mengalami defisiensi zat besi. Kemudian konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui dosisnya, lama penggunaan dan evaluasi kembali setelahnya,” demikian pesan dia .

Baca juga: Dokter menyebut susu perlu dihindari saat konsumsi tablet tambah darah

Baca juga: Pentingnya melindungi perempuan Indonesia dari anemia

Baca juga: Pentingnya melindungi perempuan Indonesia dari anemia

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
HAK CIPTA © ANTARA 2023



Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments